Kamis, 18 November 2010

Review Teori Antropologi STRUKTURAL LEVISTRAUSS


Review Teori Antropologi STRUKTURAL LEVISTRAUSS

                                                                                                                 
Sejarah Hidup Levi-Straus

Hal yang paling penting dan sangat berpengaruh terhadap loyalitasnya di bidang antropologi adalah ketika ia membaca buku Primitive Society yang ditulis oleh Robert Lowie. Buku itu cukup mengesankan bagi Levi-Strauss dan mendorongnya untuk mengadakan beberapa studi mengenai masyarakat primitif. Bahkan ia menjadi bosan mengajar di Mont de-Marsan lycee dan berkeinginan untuk mengadakan perjalanan keliling dunia.         
Apa yang diharapkan oleh Levi-Strauss ini akhirnya terkabulkan setelah ia berkesempatan menjadi pengajar di Universtias Sao Paulo, Brazil. Di universitas ini ia memiliki sempatan untuk keliling ke daerah-daerah pedalaman Brazil, serta mengunjungi berbagai suku Indian yang selama itu boleh dikatakan belum terjamah oleh peradaban Barat. Dari ekpedisi yang di dukung oleh Musee de 1’Hummed dan musium di kota Sao Paulo ini memberi kesempatan kepadanya untuk mempelajari orang-orang IndianCaduveo dan Bororo.       
Pengalaman perjalanannya menjelajah daerah-daerah terpencil itu ditulisnya dalam sebuah buku yang berjudul Tristes Tropique. Buku ini bercerita tentang penderitaan orang-orang Indian di belantara Amazone. Berawal dari buku inilah yang menjadikan Levi-Strauss terkenal sampai kenegara asalnya yakni Prancis. Ia bahkan telah menghasilkan suatu karya yang sangat penting di bidang antropologi yang sesungguhnya sangat jauh dari studi formal yang dimilikinya.         
Karir Levi-Strauss sempat mengalami halangan saat ia diberi kewajiban militer. Ia ditugaskan dibagian pos telekomunikasi di bidang sensor telegram. Sampai akhirnya ia diangkat menjadi liaison officer, yaitu petugas penghubung. Namun dalam situasi yang seperti itu tetap tidak menghalangi dirinya untuk menjadikannya seorang professor. Ia pun akhirnya dibebaskan dari kewajiban militer setelah menjadi seorang professor. Halangan tidak hanya sempai disitu, ia juga mengalami diskriminasi ras. Ia dipecat dari jabatannya karena ia adalah seorang Yahudi. Akhirnya Levi-Strauss diselamat oleh program Yayasan Rockefeller yang memiliki program menyelamatkan ilmuwan dan pemikir-pemikir Eropa berdarah Yahudi di Amerika Serikat. Dari program ini Levi-Strauss berhasil datang ke New York dan selamat dari pembantaian tentara Nazi yang anti terhadap orang-orang Yahudi.           
Di daerah Greenwich Village Levi-Strauss tinggal. Di kota New York inilah Levi-Strauss semakin banyak memiliki peluang mengembangkan keilmuannya. Ia banyak berkomunikasi dengan para ilmuan buangan dari Prancis, seperti Maz Ernst, Franz Boas, Ruth Benedict, A.L. Kroever dan Ralph Linton. Ia pun berkesempatan mengajar mata kuliah etnologi di New York Ecole Libre des Hautes Etudes, yang didirikan oleh para intelektual pelarian dari Prancis. 
Kita sangat menghargai perjuangan Levi-Strauss dalam menemukan teori (konsep) strukturalisme ini. dengan ketekunan, kesabaran, dan ketelitian yang luar biasa Levi-Strausss mampu melahirkan karya yang sangat bermanfaat. Berkat jasanya, ribuan bahkan jutaan mitos kini memiliki arti yang sangat penting bagi kehidupan kita. Mitos-mitos itu sebelumnya tak seorang pun yang memperhatikan, bahkan masih sangat sedikit orang yang mendokumentasikan mitos-mitos tersebut.
Selama hidupnya Levi-Strauss pernah menduki jabatan-jabatan setrategis terutama di bidang pendidikan. Pada tahun 1935 sampai 1939 ia diangkat sebagai seorang Professor di Universitas Sao Paolo yang kemudian melakukan beberapa ekspedisi ke Brazil.
Pada tahun 1942 sampai 1945 ia diangkat sebagai professor di New School for Social Reseach. Pada tahun 1959 ia menjadi direktu The Ecole Practique des Hautes Etude, yang bersamaan pula dengan kedudukannya sebagai pimpinan Sicial Antropology pada College de France.   
Beberapa penghargaan yang pernah diterimanya diantaranya; the wenner-Gren Foundation’s Viking Fund Medal dan Erasmus Prize pada tahun 1975. Ia juga dianugrahi empat gelar kehormatan oleh Oxford, Yale, Harvard dan Columbia university.
           

Konsep Strukturalisme Levi-Strauss
           
Cakupan ilmu sosial sangat luas. Hal ini disebabkan banyaknya persoalan yang timbul dalam aktivitas manusia baik secara individu maupun dalam kaitannya dengan masyarakat. Oleh karena begitu kompleknya persolan itu, sangat tidak mungkin bisa memahami fenomena sosial tampa mengaitkan dengan fenomena-fenomena lain. Inilah yang menjadikan salah satu alasan kenapa dalam ilmu sosial kita harus meniru metode ilmu-ilmu di luar ilmu sosial; seperti ilmu eksata dan pengetahuan alam. Dari rangkaian persoalan manusia itu terdapat beberapa kesamaan yang bisa dijadikan model dalam sebuah penelitian.
Pendapat Allen ini menunjukan adanya struktur dalam setiap persoalan. Adanya struktur ini memungkinkan juga adanya persamaan-persamaan. Oleh karena itu pula pemahaman dasar dari teori strukturalisme adalah mengacu pada model penelitian linguistik. Langkah ini dilakukan karena dalam strukturalisme dipahami bahwa setiap benda yang berbentuk pasti memiliki struktur.
Strukturalisme Levi-Strauss juga bertolak dari konsep oposisi biner. Konsep ini dianggap sama dengan organisasi pemikiran manusia dan juga kebudyaannya. Seperti kata-kata hitam dan putih. Hitam sering dikaitkan dengan kegelapan, keburukan, kejahatan, sedangkan putih dihubungkan dengan kesucian, kebersihan, ketulusan dan lain-lain. Contoh lain adalah kata rasional dan emosional. Rasional dianggap lebih istimewa dan diasosiasikan dengan laki-laki. Sementara emosional dianggap inferior yang diasosiasikan dengan perempuan.
Semua konsep mengenai struktur bahasa tersebut di atas, dikaitkan dengan persoalan-persoalan yang ada dalam kehidupan sosial. Untuk membuktikan adanya keterkaitan atau beberapa kesamaan antara bahasa dan budaya, Levi-Strauss mengembangkan teorinya dalam analisis mitos. Levi-Strauss sangat tertarik pada logika mitologi. Itu sebabnya ia mulai dengan mitos, menggabungkan fungsi-fungsi hanya secara vertikal, dan mencoba menerangkan paradigmatik mereka yang tumpah-tindih dengan varian-varian mitos. Model strukturalnya tidak linier.
Untuk mengetahui makna struktur dalam bidang antropologi Levi-Strauss, perlu diketahui terlebih dahulu prinsip dasar dari struktur itu sendiri. Prinsip dasar struktur yang dimaksud disini adalah bahwa struktur sosial tidak berkaitan dengan realitas empiris, melainkan dengan model-model yang dibangun menurut realitas empiris tersebut. Bangunan dari model-model itu yang akan membentuk struktur sosial.
Menurut Levi-Strauss (1958) ada empat syarat model agar terbentuk struktur social
·         Sebuah struktur menawarkan sebuah karakter sistem. Struktur terdiri atas elemen-elemen seperti sebuah modifikasi apa saja, yang salah satunya akan menyeret modifikasi seluruh elemen lainnya.
·         Seluruh model termasuk dalam sebuah kelompok transformasi, di mana masing-masing berhubungan dengan sebuah model dari keluarga yang sama, sehingga seluruh transformasi ini membentuk sekelompok model.
·         Sifat-sifat yang telah ditunjukan sebelumnya tadi memungkinkan kita untuk memprakirakan dengan cara apa model akan beraksi menyangkut modifikasi salah satu dari sekian elemennya.
·         Model itu harus dibangun dengan cara sedemikian rupa sehingga keberfungsiannya bisa bertanggung jawab atas semua kejadian yang diobservasi.
Lahirnya konsep Strukturalisme Levi-Strauss merupakan akibat dari ketidakpuasan Levi-Strauss terhadap fenomenologi dan eksistensialisme,Pasalnya para ahli antropologi pada saat ini tidak pernah mempertimbangkan peranan bahasa yang sesungguhnya sangat dekat dengan kebudayaan manusia itu sendiri.
Bagi Levi-Strauss telaah antropologi harus meniru apa yang dilakukan oleh para ahli linguistik. Levi-Strauss memandang bahwa apa yang ada di dalam kebudayaan atau perilaku manusia tidak pernah lepas dari apa yang terefleksikan dalam bahasa yang digunakan. Oleh karena itu akan terdapat kesamaan konsep antara bahasa dan budaya manusia. Singkatnya Levi-Strauss berkeyakinan bahwa untuk mempelajari kebudayaan atau perilaku suatu masyarakat dapat dilakukan melalui bahasa.
Istilah kekerabatan, seperti halnya fonem, merupakan unsur makna; dan seperti fonem, kekerabatan memperoleh maknanya hanya dari posisi yang mereka tempati dalam suatu sistem. Kesimpulannya adalah bahwa “meskipun mereka berasal dari tatanan relitas yang lain, fenomena kekerabatan merupakan tipe yang sama dengan fenomena linguistik.
Pemahaman kita akan adanya struktur dalam setiap benda tau aktivitas manusia memudahkan identivikasi benda atau aktivitas tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam strukturalisme adalah adanya perubahan pada struktur tersebut. Perubahan yang terjadi dalam suatu struktur disebut dengan transformasi (transformation). Transformasi harus dibedakan dari kata perubahan yang berarti change. Karena dalam proses transformasi tidak sepenuhnya berubah. Hanya bagian-bagian tertentu saja dari suatu struktur yang mengalami perubahan sedangkan elemen-elemen yang lama masih ada.
Sebagaimana sudah disebutkan di atas bahwa terbentuknya struktur meruakan akibat dari adanya relasi-relasi dari beberapa elemen. Oleh karena itu struktur juga oleh Levi-Strauss diartikan sebagai relations of relations atau system of relation.
Ahimsa menyebutkan struktur dapat dibedakan menjadi dua. Struktur luar atau struktur lahir dan struktur dalam atau deep strucutre. Struktur luar adalah relasi-relasi antar unsur yang dapat kita buat atau bangun berdasarkan atas ciri-ciri luar atau ciri-ciri empiris dari relasi-relasi tersebut. Sedangkan struktur dalam adalah susunan tertentu yang kita bangun berdasar atas ciri-ciri struktur lahir yang sudah kita buat namun tidak selalu nampak.
Agar pemahaman mengenai teori strukturalisme Levi-Strauss lebih baik, perlu disampaikan konsep bahasa menurut para ahli linguistik yang mempengaruhi lahirnya teori ini. Diantara mereka yang sangat berpengaruh terhadap pandangan Levi-Strauss adalah; Ferdinan de Saussure, Roman Jakobson dan Nikolay Trobetzkoy. Dari ketiga pemikir linguistik ini, Levi-Strauss memiliki keyakinan bahwa studi sosial bisa dilakukan dengan model linguistik yaitu yang bersifat struktural.
Pada musim semi tahun 1981, setahun setelah meninggalnya ahli filsafat Jean Paul Sartre, majalah Prancis Lire mengadakan sebuah jajak pendapat di kalangan intelektual, mahasiswa dan politisi Prancis, dengan pertanyaan, “siapa tiga pemikir berbahasa Perancis yang masih hidup, yang pandangannya smenurut anda paling berpengaruh terhadap evolusi (perkembangan) pemikiran sastra dan ilmu pengetahuan dan sebagainya ?”. Dari kira-kira 448 jawaban yang masuk, 101 orang menyebut nama Lévi-Strauss, 84 orang menyebut Raymond Aron, 83 orang menyebut Michel Foucault. Nama-nama lain yang juga disebut antara lain adalah Jaques Lacan (51), Simone de Beauvoir (46), dan masih ada lagi beberapa yang lain.
Hasil jajak pendapat tersebut mungkin agak mengherankan juga, karena antropologi bukanlah sebuah cabang ilmu yang populer di Prancis, dibandingkan dengan di Inggris dan Amerika Serikat. Apa ini artinya ? Tidak lain adalah bahwa pemikiran-pemikiran Lévi-Strauss ternyata dipandang begitu berpengaruh oleh kaum intelektual Prancis, dan sedikit banyak hal itu juga menunjukkan bahwa Lévi-Strauss tidak hanya dipandang sebagai ahli antropologi, tetapi juga ahli filsafat, walaupun Lévi-Strauss sendiri sudah tidak lagi begitu menyukai filsafat sebagaimana yang dia kenal, setelah dia berkenalan dengan antropologi.  
sebuah karikatur yang banyak direproduksi muncul dalam majalah-majalah Prancis tentang para strukturalis. Di situ digambarkan empat orang tengah duduk melingkar di bawah pohon tropis dengan mengenakan pakaian suku-suku bangsa yang masih primitif, yaitu rok yang terbuat dari daun ilalang. Empat orang tersebut adalah Jacques Lacan, Rolanda Barthes, Michel Foucault dan tentu saja Claude Lévi-Strauss. Judul karikatur ini adalah “Le déjeuner des structuralistes”, atau “makan siang para strukturalis”. Karikatur ini setidak-tidaknya menunjukkan bahwa di kalangan intelektual Prancis ketika itu, empat orang itulah yang dikenal sebagai tokoh-tokoh strukturalisme. Namun, beberapa tahun kemudian, satu persatu dari mereka meninggalkan strukturalisme, dan akhirnya tinggal Lévi-Strauss yang tetap setia menjadi perawat dan pengembang paradigma tersebut. Apa ini artinya ? Tidak lain adalah bahwa Lévi-Strausslah yang paling yakin dengan manfaat dan kemampuan paradigma struktural untuk digunakan menganalisis gejala-gejala sosial-budaya. Dengan kata lain, dialah seorang penganut strukturalisme tulen.
Hasil survei sebuah lembaga Amerika atas kutipan-kutipan antropologi dari tahun 1969-1977, menunjukkan bahwa tulisan-tulisan Lévi-Strauss adalah tulisan yang paling banyak dikutip orang, dibanding tulisan ahli-ahli antropologi yang lain. Dengan kata lain, strukturalisme Lévi-Strausslah yang paling banyak dikenal dan berpengaruh dibandingkan dengan paradigma antropologi yang lain.
Levi-Strauss sering tidak konsisten dengan analisis yang dikembangkan. Levi-Strauss pernah mengatakan bahwa untuk memahami sebuah mitos lebih penting memahami struktur daripada isi cerita. Namun dalam prakteknya ia tidak melakukan analisis seperti yang digambarkan. Dalam beberapa analisisnya ia tidak hanya menlaah pada tataran sintaksis, tetapi juga pada tataran semantis yang berarti isinya juga. Disisi lain ia juga berpendapat bahwa dalam mitos isi dan bentuk tidak bisa dipisahkan juga Levi-Strauss menggunakan cara analisis reductionist (reduksionis).
Cara ini sangat kurang tepat untuk menganalisis mitos sebagai produk budaya manusia yang sangat kompolek. Cara analisis menggunakan sistem ini akan mengurangi kesempurnaan analisis karena akan mengalami kelemahan makna. Douglas menyebut dua reduksionisme yang dilakukan oleh Levi-Strauss yaitu pada model komputer yang dipakainya dan adanya dua tujuan dalam analisis wacana.
Strukturalisme Lévi-Strauss juga bukan hanya merupakan sebuah teori baru, tetapi sebagaimana dikatakan oleh Lévi-Strauss sendiri adalah juga sebuah epistemologi baru dalam ilmu-ilmu sosial-budaya. Oleh karena itu strukturalisme Lévi-Strauss tidak hanya penting bagi dan dalam antropologi, tetapi juga penting bagi ilmu-ilmu sosial-budaya lain. Tidak mengherankan, setelah kemunculan strukturalisme ini pandangan-pandangan antropologi kemudian mempengaruhi cabang-cabang ilmu sosial-budaya yang lain seperti sosiologi, sastra, dan filsafat.
Aliran pemikiran baru yang muncul setelah strukturalisme, sepertipost-modernisme atau post-strukturalisme ini nama-nama yang sebenarnya kurang tepat untuk menyebut sebuah aliran pemikiran atau semiotika yang kini populer di Barat, tidak dapat dipahami dengan baik tanpa memahami strukturalisme. Bagaimanapun juga, kelahiran paradigma-paradigma baru ini tidak dapat dilepaskan dari munculnya strukturalisme itu sendiri. Tanpa memahami strukturalisme akan sulit memahami post-strukturalisme atau post-modernisme.

Tidak ada komentar: