Sabtu, 20 November 2010

tahap-tahap perkembangan

Perkembangan Kognitif
teori ini membahas munculnya dan di perolehnya skema-skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasrikan imformasi secara mental. teori yang ini di golongkan kedalam kontruktivisme,yang berarti,tidak seperti teori nativisme ( yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan ), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. untuk pengembangan teori ini piaget membagi skema yang di gunakan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
  • tahapan sensorimotor ( usia 0-2 tahun )
  • tahapan praoperasional ( usia 2-7 tahun )
  • tahapan operasional konkrit (usia 7-11 tahun )

Jumat, 19 November 2010

isu-isu penting dalam psikologi perkembangan manusia


PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Permasalahan mengenai perkembangan ini mulai menjadi topik perdebatan yang hangat dan menjadi isu sentral diantara para ilmuwan semenjak muncul dan berkembanganya ilmu psikologi. Permasalahan tersebut yakni mengenai pertanyaan-pertanyaan yang muncul dan mengganggu pikiran para ilmuwan, diantaranya apakah perkembangan itu merupakan bawaan ataukah lingkungan yang menjadi faktor utama pada perkembangan? Apakah perkembangan tersebut berjalan secara kontinyu ataukah diskontinyu? Apakah perkembangan tersebut akan stabil ataukah mengalami perubahan setelah adanya perkembangan tersebut? Apakah yang mempengaruhi pembentukan perkembangan individu ketika dalam masa prenatal?
Isu-isu tersebut dalam semua aspek psikologis adalah sifat dasar belajar dan peran sertanya dalam perkembangan karakteristik kedewasaan individu. Secara teoritis, dalam pemikiran kita, kita telah dapat membedakan antara jenis-jenis pengaruh yang berlainan tadi, tetapi secara praktis hal tersebut tidak dapat dibedakan antara variable yang satu dengan variable lainnya.
Oleh karena itu, isu-isu yang menjadi permasalahan tersebut harus kita pelajari untuk mengetahui perkembangan serta fakta-fakta yang mempengaruhi perkembangan.
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Perkembangan
Perkembangan menunjukkan adanya perubahan, adanya masa yang dilalui, menunjukkan suatu proses.  Proses yang terjadi sepanjang kehidupan manusia.  Perkembangan mengacu pada perubahan sepanjang waktu selama manusia hidup (change over times). Perkembangan menunjukkan perubahan yang sifatnya progresif.
Yang dimaksud progresif adalah perkembangan manusia bergerak maju yang sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangannya. Pada masa tua kondisi fisik yang mengalami penurunan, hal tersebut kemudian mempengaruhi kondisi psikisnya. Pada hakikatnya orang tersebut tetap mengalami perkembangan secara progresif.
Beberapa pengertian mengenai perkembangan :
1.      Elizabeth Hurlock menjelaskan perkembangan sebagai seri perubahan yang progresif yang terjadi sebagai hasil dari kematangan dan pengalaman dengan tujuan memampukan individu untuk beradaptasi dengan lingkungan.[1]
2.      Lerner berpendapat bahwa perkembangan menunjukkan perubahan yang sistematik atau terorganisir dalam diri individu.[2]
3.      Mussen cs mengungkapkan bahwa perkembangan adalah perubahan yang terjadi ada fisik, struktur neurologis, perilaku, traits, yang terjadi secara teratur dan masuk akal, dan menghasilkan yang baru, yang lebih terorganisir, lebih stabil, lebih kompleks, lebih kompeten dan lebih efisien.[3]
Secara umum dapat dikatakan bahwa perkembangan adalah perubahan yang teratur, sistematis, dan terorganisir yang mempunyai tujuan tertentu

B.      Isu-Isu Penting Dalam Psikologi Perkembangan
Isu adalah kabar yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya. Pertanyaan-pertanyaan seputar bagaimana perkembangan manusia, apakah dalam perkembangannya dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Hal-hal tersebut yang akhirnya mengganggu pemikiran para psikolog sejak berkembangnya ilmu psikologi, selanjutnya perdebatan para psikolog sering kali terjadi, diantaranya :
1.    Bawaan dan Lingkungan (Nature Vs Nurture)
Salah satu pokok permasalahan yang sering diperdebatkan diantara para ahli psikologi ialah mengenai kotroversi bawaan-lingkungan (nature-nurture controversy) yakni, apakah perkembangan utama yang terjadi pada tiap-tiap individu lebih dipengaruhi oleh bawaan ataukah lebih dipengaruhi oleh lingkungan.
a.         Paham “Bawaan”
Psikolog yang menganut paham “Bawaan” mengatakan bahwa  manusia itu berkembang secara teratur sesuai dengan gen yang dimiliki oleh tiap individu hingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangannya memiliki kesamaan dengan gen tersebut.
Paham bawaan, banyak dipengaruhi oleh pendapat plato (427-346 SM) yang menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan individual mempunyai dasar genetik. Potensi individu dipengaruhi oleh faktor keturunan. Artinya sejak lahir anak telah memiliki bakat-bakat atau benih-benih kemampuan yang dapat di kembangkan melalui pengasuhan dan pendidikan. Baginya, pendidikan tidak lain hanyalah upaya untuk menarik potensi itu keluar, namun tidak menambahkan sesuatu yang baru.[4]
Contohnya, dengan memberikan stimulasi ringan pada telapak tangan bayi muda-belia dapat menimbulkan gerakan menggenggam pada tangan bayi tersebut.
Respon dalam bentuk menggenggam yang diberikan oleh bayi tersebut, merupakan perintah yang diberikan oleh DNA kepada syaraf-syaraf atau reseptor yang berada di telapak tangan.
Pada bayi yang baru lahir, gerakan-gerakan yang dimunculkan adalah gerakan reflek dan instink. Gerakan instink digunakan untuk mempertahankan (kehidupan) diri. Yaitu, instink untuk makan dan minum. Untuk keperluan-keperluan yang lain, dia sangat menggantungkan diri pada lingkungannya. Kesempatan untuk mendapatkan pertolongan dengan respon menangis sebagai gerakan refleknya.
Anak-anak dianggap oleh paham ini sebagai miniatur orang dewasa. Secara sosial anak-anak juga diperlakukan layaknya orang dewasa. Selain itu proses-proses yang mendasari cara berpikir dan perbuatan yang dilakukan  oleh anak tersebut dianggap sama seperti orang dewasa. Dan apabila ia melakukan perbuatan menyimpang dari standart orang dewasa, anak tersebut dianggap bodoh dan tolol. Sementra jika anak melakukan perbuatan ang melanggar norma sosial dan moral, maka ia dianggap telah melakukan sebuah kejahatan dan menerima hukuman seperti orang dewasa.
Paham ini juga menyatakan bahwa lingkungan ekstrim, yakni berupa kondisi psikolois yang hampa dan bermusuhan, merpakan faktor yang dapat menghambat laju perkembangan individu. Akan tetapi, mereka tetap yakin bahwa  kebutuhan akan pertumbuhan dasar pada individu tersebut telah terpenuhi.[5]
b.        Paham “Lingkungan”
Berlawanan dengan paham bawaan tersebut, pada paham kedua, psikolog lain mengemukakan bahwa perkembangan pada tiap individu lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan memberikan kontribusi yang sangat besar pada perkembangan individu.
Seluruh tingkah laku yang muncul, merupakan tingkah laku yang telah dipelajari sebelumnya atau dengan kata lain di butuhkan adanya pengalaman belajar terhadap lingkungan. Dan proses perkembangan tersebut tidak tergantung pada faktor hereditas. Faktor hereditas hanya merupakan sebagian kecil yang dapat mempengarihi perkembangan manusia.
Paham lingkungan, dipengaruhi oleh pendapat John Locke (1632-1704), yang mengemukakan pendapat bahwa pengalaman dan pendidikan merupkan faktor yang peling menentukan dalm perkembangan anak. Ia tidak mengakui adanya kemampuan bawaan (innate knowledge). Ia mengibaratkan isi kejiwaan anak ketika dilahirkan layaknya secarik kertas kosong, dimana bentuk dan corak krtas tersebut nantinya sangat ditentukan oleh bagaimana kertas itu ditulisi.[6]
Pengalaman yang dimaksud ialah mencakup pengalaman terhadap lingkungan biologis anak-gizi, perawatan kesehatan, obat dan kecelakaan fisik, sampai pada lingkungan sosial-keluarga, teman sebaya, sekolah, masyarakat, media dan budaya.
Contohnya, seorang anak yang merasa takut dengan adanya orang yang baru/asing yang tak pernah ia kenal/tidak akrab dengannya. Menurut Hebb dalam bukunya a Text Book of Psychology. Dalam penelitiannya mengenai contoh tadi, menyatakan bahwa ketakutan yang dirasakan anak tersebut, merupakan hasil dari pembelajarannya selama ini untuk menyukai seseorang. Dan ketika orang yang ditemui tersebut adalah orang yang jarang jarang atau tidak pernah didekatnya, maka anak tersebut cenderung akan merasa asing dan ketakutan sebagai bentuk respon yang ia berikan.[7]

2.    Kontinuitas dan Diskontinuitas
Permasalahan atau isu yang kedua ialah bagaimana laju perkembangan itu sendiri. apakah berjalan secara kontinyu ataukah diskontinyu. Dalam buku Life Span Development, John W. Santrock, memberikan dua opsi. Yang pertama, mengibaratkan  pertumbuhan manusia itu secara berangsur layaknya pertumbuhan bibit hingga menjadi sebuah pohon raksasa, dimana pertumbuhannya berjalan lambat. Ia juga menggambarkan bahwa pertumbuhan manusia itu layaknya ulat yang kemudian berubah menjadi kupu-kupu, dimana perkembangannya berjalan lebih cepat.[8]
a.         Paham “Kontinuitas”
Sebagian psikolog berpendapat bahwa perkembangan manusia itu berjalan secara kontinyu. Maksud dari kontinuitas perkembangan (continuity of development) adalah pandangan bahwa perkembangan meliputi perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, dari pembuahan hingga kematian.
Paham ini mengatakan bahwa perkembangan manusia itu berjalan secara mulus dari waktu ke waktu melalui tahapan-tahapan perkembangan secara urut. Proses yang berjalan merupakan suatu proses pembelajaran bagi manusia dengan tujuan meraih kesuksesan tahap selanjutnya.
Contohnya, ketika seorang anak berhasil berjalan dengan jarak tiga langkah kaki orang dewasa menuju pada ibunya yang sedang membawa susu, itu semua merupakan hasil dari latihan yang dia lakaukan selama beberapa waktu. Ia juga telah melewati beberapa tahapan secara urut seperti tengkurap, duduk, merangkak hingga berjalan.
b.        Paham “Diskotinuitas”
Paham kedua mengenai laju perkembangan yakni diskontinuitas, yang memiliki pandangan yang bertentangan dengan pandangan yang pertama. Diskontinuitas perkembangan yaitu perkembangan yang meliputi tahapan-tahapan yang khas atau berbeda dalam masa hidupnya. Dalam paham ini individu di gambarkan memiliki kemampuan lebih besar pada suatu tahapan.
Contohnya pada suatu saat anak berubah dari tidak mampu berpikir abstrak mengenai dunia tiba-tiba ia mampu berpikir abstrak abstrak mengenai dunia. Maksudnya berfikir abstrak adalah memikirkan sesautu yang sulit dibuktikan dan diwujudkan. Dan perubahannya cenderung mengarah pada kondisi psikis.



3.    Stabilitas dan perubahan
Permasalahan yang ke-3 ialah apakah perkembangan itu stabil ataukah mengalami perubahan selama beberapa waktu.
a.       Paham Stabilitas
Stabilitas perkembangan ialah perkembangan yang terjadi pada diri inividu sejak kecil hingga mencpai usia yang lebih tua tidak mengalami perbedaan atau tetap.
Contohnya : seorang anak TK, yang cenderung merasa malu-malu untuk berkenalandengan teman hingga ketika ia memasuki perguruan tinggi pun, ia tetap merasakan malu terhadap kontak sosial dilingkungan baru, ia akan bersikap dengan sikap yang sama, malu-malu.
Dari contoh tersebut, terlihat bahwa sikap perkembangan anak tersebut cenderung tetap, meski telah melewati waktu yang cukup lama.
b.      Paham Perubahan
Paham perubahan mengatakan bahwa perkembangan manusia itu mengalami perubahan perkembangan pada diri individu hingga mengakibatkan adanya perbedaan dengan masa-masa sebelumnya.
Klaus Riegel (1975) berpendapat bawa perubahan, bukan stabilitas merupakan kunci untuk mengalami perkembangan. Pandangan Riegel Tersebut dikenal dengan model Dialegtis (Dialectical Model) yang mencatakan bahwa setiap individu terus berubah karna brbagai kekuatan yang mendorong dan menarik perkembangn kedepan, dalam model dialektis ini tiap orang dipandang bertindak berdasarkan dan bereaksi terhadap kondisi2 sosial kesejahteraan.[9]

4.      Pengalaman sebelum dan pengalaman kemudian
a.       Pengalaman sebelumnya.
Beberapa ahli perkembangan menyatakan bahwa bila bayi tidak mengalami pengasuhan dari pemeliharaan yang hangat pada tahun pertama kehidupan perkembangan mereka tidak akan pernah optimal (Bowbly,1989)[10]
Pengalaman pada masa pertama kehidupan memberikan pengaruh yang sangat besardalam perkembangan individu. Pengalaman-pengalaman tersebut merupakan pembekalan awal untuk proses perkembangan selanjutnya.
b.      Pengalaman kemudian
Para ahli yang mendukung paham ini menyatakan bahwa anak-anak dapat di tempa sepanjang perkembangan dan pengasuhan sebelum dan kemudian berkedudukan sama pentingnya.
Ahli perkembangan masa hidup menyatakan bahwa pengalaman-pengalaman sebelumnya merupakan penyumbang penting bagi perkembangan, tetapi tidak lebih penting dari pada pengalaman-pengalaman kemudian (Baltes, 1987).

5.      Pengaruh Masa Prenatal terhadap perkembangan individu dalam jangka panjang.
Perkembangan manusia pada masa prenatal ini sangatlah penting dan sangatlah besar pengaruhnya bagi perkembangan individu dalam tahap-tahap perkembangan kehidupan selanjutnya. Pada masa ini kondisi rahimlah yang sangat menentukan perkembangan janin.
Pada umumnya rahim merupakan lingkungan yang sangat nyaman dan terlindung dari setiap gangguan. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan jika kondisi tersebut berubah disebabkan oleh pengaruh-pengaruh dari luar hingga akibat terparah yang akan terjadi pada janin ialah kerusakan-kerusakan pada sel yang sedang terbentuk pada janin tersebut. Dan pada akhirnya bayi tersebut akan terlahir dengan kondisi cacat atau mengalami kelatarbelakangan mental.
Berikut ini beberapa fakta yang dapat mempengaruhi perkembangan masa prenatal :
a.       Kesehatan ibu
Kondisi kesehatan ibu terutama jika kondisi ibu tersebut mengidap penyakit kotor sangat berpengaruh negativ pada perkembangan anak.[11]
b.      Gizi ibu
Asupan-asupan gizi yang cukup besar pengaruhnya karena janin yang sedang berkembang sangat bergantung pada gizi ibunya. Jika kandungan gizi pada diri ibu sangat minim/ buruk atau sang ibu mengalami kelaparan, maka kecenderungan bayi yang akan dilahirkan dalam kondisi cacat kemungkinan besar bisa terjadi.
c.       Pemakaian bahan-bahan kimiawi oleh ibu
1.      Obat-obatan.
Jika ibu diketahui mengkonsumsi obat penenang pada tiga bulan pertama kandungan, efek samping dari obat tersebut tidak akan berpengaruh pada diri ibu akan tetapi efek samping pada janin ibu sangat besar pengaruhnya karena dapat menghambat pertumbuhan lengan dan kaki janin.
2.      Alcohol.
Bila ibu merupakan pengkonsumsi alcohol dalam jumlah yang banyak ataupun sedikit, khususnya pada tiga bulan pertama pada kehamilan, menuru beberapa ahli hal tersebut dapat meningkatkan sindrom alcohol pada janin.
3.      Nikotin atau rokok.
Zat yang terkandung dalam rokok memberikan pengaruh buruk pada kondisi kesehatan bayi. Hal tersebut mengakibatkan bobot kelahiran menjadi berkurang, aborsi spontan, lahir prematur, sindrom kematian pada anak kelahiran prematur serta penyesuaian diri yang buruk. Hal tersebut disebabkan keabnormalan struktural pada plasenta serta meningkatkannya pada monoksida dalam aliran darah ibu dan janin.[12]
4.      Serta beberapa bahan kimia lainnya.



d.      Keadaan dan ketegangan emosi ibu
Selama masa prenatal kondisi emosional ibu sangat berpengaruh pada perubahan psikologi bayi. Ibu yang memiliki kecemasan yang berat selama masa kehamilan diasosiasikan terjadi aborsi spontan, kesulitan proses kehamilan, kelahiran prematur dan bayi yang akan dilahirkan cenderung mengalami kesulitan bernafas dan penurunan berat badan. Selain itu tangisan serta aktifitas yang muncul dari bayi cenderung lebih meningkat.
e.       Usia ibu telalu tua atau terlalu muda, keduanya kurang menguntungkan bagi perkembangan bayi dalam rahim
f.       Ibu terlalu percaya pada tahayul
Contohnya ngidam ibu atau ayah yang benci pada seseorang maka anaknya mirip dengan orang yang dibenci, dan lain sebagainya.
Sudah sangat jelas sekali bahwa tahayul merupakan kepercayaan yang tidak ada dasarnya serta sangat disangsikan akan kebenarannya.[13] Dan jika kondisi ini sampai meningkatkan kecemasan atau emosional ibu, kemungkinan kelahiran cacat bisa terjadi.
Mengenai tahayul ini kemudian dibuktikan secara ilmiah dengan melakukan penelitian laboratorium psikologi di Nijmegen, mengenai hal-hal yang serupa menunjukkan adanya pengaruh keadaan hormonal terhadap perubahan psikis ibu.[14]


C.    Evaluasi Isu Perkembangan

Proses perkembangan manusia hendaknya tidak dipandang sepenuhnya sebagai salah satu saja, apakah dari hereditas atau dari lingkungan atau sebagainya. Kebanyakan para ahli perkembangan masa hidup mengakui bahwa sikap (posisi) yang ekstrim dalam isu ini tidak bijaksana, perkembangan tidak semuanya kontinyu atau semuanya diskontinyu, dan tidak semuanya stabilitas dan perubahan. Karena semua itu menandai perkembangan kita sepanjang siklus masa hidup.
Lingkungan nutritif selama masa prenatal, memberikan dampak atau pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan individu di masa depannya. Faktor gen, kematangan embrio, faktor psikiologis, serta asupan-asupan dari sang ibu. Seluruh faktor tersebut sangat menunjang dan menentukan bagaimana dan seperti bayi akan terlahir nantinya.






BAB III
KESIMPULAN

1.      Perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang berlangsung sepanjang hidup.
2.      Perdebatan mengenai apakah perkembangan utamanya dipengaruhi oleh bawaan atau lingkungan.
3.      Para ahli menggambarkan perkembangan sebagai kontinyu (perkembangan yang berangsur-unsur, sedikit demi sedikit) atau diskontinyu (tiba-tiba, urutan tahapan).
4.      Apakah perkembangan sebaiknya digambarkan sebagai stabil atau berubah. Suatu aspek khusus itu stabilitas perubahan ialah sejauh mana perkemagan ditentukan oleh pengalaman sebelumnya atau pengalaman kemudian. Dalam prespektif masa hidup, pengalaman-pengalaman sebelumya dan pengalaman-pengalaman kemudian memberikan sumbangan yang pentin kepada perkembangan.
5.      Kebanyakan para ahli perkembangan mengakui bahwa pengambilan posisi ekstrim dalam isu-isu bawaan dan lingkungan, kontinuitas dan diskontinuitas, stabilitas dan perubahan adalah tidak bijaksana.
6.      Lingkungan nutritif khususnya pada masa prenatal sangat mempengaruhi perkembangan anak dimasa yang akan datang.










REFERENSI


1.      John W. Santrock. Perkembangan Masa Hidup, Life-Span Development. 1995. Erlangga : Jakarta.
2.      Hebb Dobold Olding. Psikologi, A Text Book Of Psychology. 1986. Usaha Nasional : Surabaya.
3.      Ahmadi. Abu, Sholeh. Munawar. Psikologi Perkembangan. 2005. PT. Rineka Cipta : Jakarta.
4.      John. W. Santrock. Perkembangan Remaja, Adollense. 1996. Erlangga : Jakarta.
5.      Dasmita. Psikologi Perkembangan. 2009. PT. Rosda Karya : Bandung.
6.      Agus Sujanto. Psikologi Perkembangan. 1988. Aksara Baru : Jakarta.
7.      F. J. Monks, dkk. 2006. Gajah Mada University press. Yogyakarta.


[1] Elizabeth Hurlock, psikologi perkembangan edisi kelima, hal. 2
[2] http://zaifbio.wordpress.com/2009/16/teori-perkembangan/
[3] http://zaifbio.wordpress.com/2009/16/teori-perkembangan/
[4] Desmita, psikologi perkembangan, hal. 13
[5] John. W. Santrock, addolescence, hal 27
[6] Desmita, psikologi Perkembangan, hal. 14
[7] Hebb, Dobald Olding, Psikologi=a text book of pschology hal. 160
[8] John W. Santrock, Life-Span Development, hal 26
[9] John W Santrock, life-Span Development, hal.27
[10] Ibid hal.27
[11] Psikologi Perkembangan, Abu Ahmadi, hal. 46
[12] Psikologi Perkembangan, Desmita, hal. 84
[13] Psikologi Perkembangan, Zulkifli L, hal. 6
[14] Psikologi Perkembangan, F. J. Monks dkk, jal. 53